Selasa, 31 Mei 2011

Rezeki Itu Datang

seribu dinar Rezeki Itu Datang

.
Banyak manusia merasa khawatir dalam mencari rezeki karunia Allah SWT. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela menggadai diri dan menghinakan martabat.
.
Kondisi dunia modern yang sarat persaingan dan pergulatan menuntut mereka untuk lebih berjibaku dalam mencari nafkah berupa karunia Tuhan. Betapa banyak setiap pagi di belahan bumi manapun di dapati wajah-wajah penuh ketegangan dan kepanikan yang memancarkan dalam mengais rezeki di pagi hari.
.
Seolah, mereka tidak memiliki Tuhan yang Maha Kaya Yang Mampu menjamin rezeki setiap hambaNya. Dialah Allah, Ar Razzaq Sang Pemberi Rezeki.
Hal yang sering luput dari diri manusia zaman modern ini adalah keimanan dan keyakinan bahwa Allah SWT telah menjamin rezeki setiap hambaNya. Karena keyakinan ini semakin memudar, maka setiap individu bergulat dan berkutat dalam kehidupan dunia demi memenuhi kebutuhan hidup belaka.
Dalam kitab , terdapat kutipan pernyataan Al Qusyairi yang mengatakan; “Seseorang yang mengetahui bahwa Allah itu adalah Sang Pemberi Rezeki, berarti ia telah menyandarkan tujuan kepadaNya dan mendekatkan diri dengan terus bertawakal kepadaNya.”
Pernyataan Al Qusyairi ini penting untuk diyakini bahwa memang kunci mendapatkan rezeki adalah dengan mendatangi Sang Pemilik rezeki yaitu Ar Razzaq! Sebab dengan mendatanginya maka segala hal kebutuhan akan terpenuhi.
Apakah kita belum pernah mendengar yang amat masyhur ini: “Hai manusia, jika dari generasi pertama sampai terakhir, baik jin dan manusia berkumpul dalam satu tempat untuk meminta kepadaKu, lalu - orang meminta untuk tidak mengurangi kebutuhannya, niscaya hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun dari kekuasaanKu, kecuali hanya seperti jarum yang dicelupkan di laut.” (HR. Muslim).
Ini semua bukanlah demi menafikan sebuah ikhtiar mencari nafkah atau bekerja. Tetap saja bekerja sebuah prasyarat mulia untuk mendapatkan nafkah, dan para Nabi; manusia terhormatpun tetap melakukannya.
Namun tekanan yang terpenting dalam mencari rezeki adalah ketaatan Sang Pemberi rezeki.
Dalam Kitab Shahih Al Jami’ disebutkan sebuah dari Rasulullah SAW yang berbunyi: “Sesungguhnya malaikat Jibril menghembuskan ke dalam hatiku bahwasanya jiwa hanya akan mati sampai tiba masanya dan memperoleh rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah, carilah nafkah yang baik, jangan bermalas-malasan dalam mencari rezeki, terlebih mencarinya dengan bermaksiat karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan apa yang dicarinya kecuali dengan taat kepadaNya.”
Sebab itu, usahlah panik dalam mencari karunia Allah SWT berupa rezeki. Yakinilah bahwa rezeki itu datang, bahkan kedatangannya menghampiri diri kita begitu cepat.
“Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.” (HR. Thabrani)
Semoga Allah memberkahi rezeki & hidup kita bersama. Amien

Selasa, 17 Mei 2011

Meningkatkan Rasa Syukur


meningkatkan rasa syukurTidak diragukan lagi, untuk meraih sukses kita perlu meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bagaimana tidak, kita sudah belajar bagaimana manfaat syukur yang luar biasa dalam kehidupan kita. Namun, yang menjadi pertanyaan, kenapa masih banyak orang yang tidak atau kurang bersyukur? Atau ada juga orang yang merasa sudah bersyukur, tetapi dia merasa tidak ada tambahan nikmat sesuai dengan janji Allah. Padahal janji Allah tidak mungkin salah. Artinya cara bersyukur kita yang salah, kita merasa bersyukur padahal kita belum bersyukur.

Tiga Kesalahan Dalam Bersyukur

Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu (QS Ibrahim:7)
Lalu, mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah, artinya ada yang salah dengan diri kita. Ada tiga kemungkinan:
  • Pertama: cara kita bersyukur yang salah.
  • Kedua: kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada kita.
  • Ketiga: Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak menyadarinya.
Pada artikel kali ini, saya akan fokus menyoroti tentang point kedua dan ketiga. Dengan dua penyebab itu, kita akan kurang bersyukur. Jika kita kurang bersyukur, maka wajar jika nikmat tidak kunjung datang. Kita harus terus meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat Allah. Insya Allah, poin pertama, cara bersyukur akan dibahas pada artikel lain.

Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?

  1. Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung. Lalu mengapa banyak orang yang merasa tidak mendapatkan nikmat? Karena mereka kurang memberikan perhatian terhadap nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan. Allah mengulang-ngulang ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam surah ar Rahmaan, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita lebih memperhatikan nikmat-nikmat. Saat kita memberikan perhatian terhadap nikmat, kita akan melihat, kita akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima sangat banyak.
  2. Berprasangka baiklah kepada Allah. Banyak nikmat yang tidak terlihat bagi kita. Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk materi, padahal lebih luas dari itu. Seringkali kita menganggap bahwa nikmat itu adalah sebuah pemberian, padahal bisa saja Allah sudah menghindarkan kita dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa kita. Mungkin tidak ada yang bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah bukankan sebuah nikmat yang besar? Renungkanlah…
  3. Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya, maka langkah selanjutnya ialah memasukan pengetahuan ini ke dalam hati. Agar melekat dengan diri kita sehingga rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus menerus mengingat nikmat dalam berbagai kesempatan. Semakin sering kita mengingat nikmat, akan semakin tertancap dalam hati, maka rasa syukur pun akan meningkat.
Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini harus tertanam dalam hati kita.
Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur. Muda-mudahan dengan meningkat rasa syukur, nikmat kita akan bertambah.

Mendapatkan Petunjuk dan Rahmat


petunjuk dan rahmatBerapa 1 + 1 ?
Tahukah Anda jika jawaban 2 tidak selamanya benar. Jika kita berbicara pada basis 10, maka 1+1 = 2. Tetapi jika kita bicara pada basis 2, maka 1+1 = 10. Anda ingat pelajaran tentang basis saat SMA? Ada hikmah besar dari ilmu matematika ini, hikmah yang insya Allah bisa menyelamatkan kita.
Apa hikmahnya? Dalam penilaian sesuatu, cara berpikir, selalu mengikuti sebuah kaidah atau pola tertentu. Lihatlah anak kecil, mereka berpikir dengan cara yang sederhana atau polos. Kenapa? Karena kaidah atau pola yang ada di dalam pikiran anak itu masih sederhana.
Berapa panjang meja di depan Anda? Anda hanya akan menjawab dengan tepat jika Anda sudah mengukurnya dengan meteran standar atau ada orang lain yang sudah mengukurnya dan memberitahu kepada Anda. Jika tidak, maka Anda hanya mampu menebak yang hasilnya bisa benar bisa tidak.
Tebakan Anda pun, sebenarnya berpatokan pada pengalaman Anda tentang ukuran panjang. Orang yang belum terbiasa dengan satuan kaki (feet) akan sulit membayangkan seekor buaya yang panjangnya 10 kaki. Tapi bagi yang sudah berpengalaman, maka dengan mudah bisa membayangkan sepanjang apa buaya tersebut.
Hikmah kedua, bahwa dalam berpikir kita memerlukan sebuah patokan atau acuan, baik alat ukur yang jelas atau setidaknya informasi yang sudah kita dapatkan baik dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Kaidah-kaidah yang ada didalam pikiran kita dibentuk dari berbagai informasi yang ada. Informasi tersebut bisa didapatkan dengan cara membaca, menonton, mendengar, dan mengalami termasuk kerja panca indra kita.
Kaidah-kaidah inilah yang akan kita gunakan dalam proses berpikir dalam hidup. Kemudian menghasilkan kesimpulan dan kita akan mengaplikasikannya dalam tindakan sehari-hari. Tindakan sehari-hari Anda akan menentukan sukses Anda, dunia dan akhirat.
Pemahaman proses berpikir ini, akan membantah pemahaman orang-orang yang hanya mengandalkan akal atau pikiran atau mengedepankan akal diatas segalanya. Kenapa? Karena tidak mungkin! Akal atau pikiran akan bekerja mengikuti kaidah-kaidah tertentu yang dibentuk dari kumpulan informasi yang didapatnya. Artinya informasi selalu mendahului akal. Kecuali untuk hal-hal yang bersifat naluriah, seperti haus haru minum, lapar harus makan, dan sebagainya.
Bahkan seorang Rasulullah saw. Cara berpikir Rasulullah saw dilandasi informasi yang berupa wahyu, yang langsung datang dari Allah. Saat Rasulullah saw melakukan kesalahan dalam berpikir, maka Allah langsung menegurnya. Artinya, hasil pemikiran saja tidak memberikan hasil yang dijamin benar.
Lalu, bagaimana agar pemikiran lebih mendekati kebenaran? Jawabannya tiada lain dengan menggunakan kaidah-kaidah yang dijamin kebenarannya, yaitu Al Quran dan Hadits Sahih.
Pertanyaan untuk bahan muhasabah kita, mana yang lebih banyak di memori kita, apakah informasi dari Al Quran dan Hadist atau informasi dari selainnya?
Kita dijejali dengan berbagai informasi, hampir setiap waktu. Dari TV, radio, internet, media masa, obrolan, dan banyak sumber lainnya. Pertanyaanya, berapa waktu yang kita miliki untuk menyerap informasi dari Al Quran dan hadits?
Padahal, jika kita mendahulukan akal daripada syara’ adalah merupakan asal dari segala finah
“asal segala fitnah adalah mendahulukan akal daripada syara’ ” [Ibnul Qayyim]
Ini yang disebut oleh Ibnul Qayyim sebagai fitnah subhat. Yang sering mengikuti finah subhat adalah fintah syahwat yaitu
“serta mendahulukan hawa nafsu daripada akal” [Ibnul Qayyim]
Orang yang terkena fitnah ini adalah mereka lebih mengutamakan hawa nafsu, kemudian akal mengikutinya, baru kemudian syara’. Artinya mereka berargumen dengan dalil syara’ hanya untuk mengikuti hawa nafsunya.
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka.” (An-Najm: 23).
Ibnul Qayyim pun memberikan solusinya:
“Fitnah syubhat dihalau dengan keyakinan, dan fitnah syahwat dihalau dengan kesabaran. Dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, maka fitnah syahwat itu bisa ditolak, dan dengan kesempurnaan ilmu serta keyakinan maka fitnah syubhat itu juga bisa ditaklukkan. Dan hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan.”
Lanjutnya:
“Jika seorang hamba selamat dari fitnah syubhat dan syahwat, maka ia telah memperoleh dua tujuan yang agung, yang keduanya merupakan sumber kebahagiaan, kemenangan dan kesempurnaannya. Dua hal itu adalah petunjuk dan rahmat.”
Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123).
[Sumber Bacaan: Manajemen Qalbu - Melumpuhkan Senjata Syetan Karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah]
Semoga, kita semua menjadi manusia yang mendapatkan petunjuk dan rahmat dari Allah SWT.

Berubah Itu Langkah Demi Langkah


berubahBanyak orang yang ingin berubah. Namun dia merasakan begitu sulit berubah. Apa penyebabnya?
Anda pernah membaca artikel Bisakah Memakan Sepeda?
Saat pertanyaan ini diajukan kepada peserta pelatihan saya, jawabannya macam-macam. Banyak yang mengatakan tidak mungkin. Bagaimana bisa memakan sepeda? Mereka anggap saya hanya bercanda.
Padahal, orang yang memakan sepeda bukan fiktif bukan juga bercanda. Ini benar, adanya tercatat di Guiness Book of Record. Bahkan katanya, sudah terpecahkan oleh orang yang memakan Harley Davidson. Wow!
Bagaimana bisa? Inilah kuncinya. Ini adalah kunci yang bisa membuat perbedaan sangat mendasar. Pemahaman inilah yang menjadikan seseorang menjelma menjadi orang hebat atau tidak. Inilah rahasia berubah!

Rahasia Berubah Itu Langkah Demi Langkah

Orang bisa memakan sepeda, bahkan Harley Davidson, karena mereka memakannya secara bertahap. Pemakan sepeda memotong-motong sepedanya, bahkan dihancurkan, kemudian dimakan sedikit demi sedikit. Akhirnya dia bisa menghabiskan sepeda (masuk ke dalam perutnya) dalam waktu 3 bulan.
Lama? Iya, memang lama. Tetapi berhasil. Jika sepeda hanya pelototi saja. Jika kita hanya memikirkan bagaimana cara makan sepeda sekaligus, kita bisa menyerah. Langsung saja kita mengatakan: “Mustahil!”
Begitu juga dalam berubah. Jika Anda ingin menjadi seseorang yang lebih baik, mulailah berubah. Langkah demi langkah, jangan berpikir sekaligus. Saat kita berpikir bahwa kita harus berubah sekaligus, meski mulut tidak berucap, pikiran bawah sadar kita akan mengatakan itu mustahil. Apa akibatnya? Dia tidak mengambil langkah untuk berubah.
Bagaimana kita bisa menghafal Al Quran? Bukankah banyak sekali? Para penghafal Al Quran menghafal ayat demi ayat, bahkan bisa jadi satu ayat pun di potong-potong dulu agar mudah menghafalnya.
Berubah itu selangkah demi selangkah. Sama seperti Anda makan, sesuap demi sesuap.

Berubah Sedikit Tetapi Kontinyu

Sepotong demi sepotong, sepeda pun habis dimakan. Selangkah demi selangkah, para pelari marathon pun bisa melalui puluhan kilo meter. Putaran demi putaran ban mobil Anda, ratusan kilo meter pun bisa ditempuh.
Jangan anggap sepele perubahan yang kecil atau sedikit. Jika dilakukan secara kontinyu, akan membawa perubahan besar dalam hidup Anda. Seorang trainer (Wiwoho) pernah mengatakan Kesuksesan besar adalah kasil dari kumpulan kesuksesan-kesuksesan kecil.
Rasulullah saw, dengan indah bersabda:
Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
Lakukanlah perubahan itu, meski pun kecil, sebab tidak ada yang kecil jika kita melakukan secara terus menerus, langkah demi langkah.
Siap-siap…. berubah!

Janganlah Kamu Bersedih


bersedihMungkin Anda pernah membaca ayat ini: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah:40) Lalu, bagaimana jika kita tetap merasa bersedih? Ini artinya ada sesuatu yang salah dalam hati kita. Dalam ayat diatas, kita tidak perlu bersedih sebab Allah beserta kita. Jika kita masih tetap saja bersedih, artinya kita belum merasakan kedekatan dengan Allah.
Yang dimaksud bersedih bukanlah berarti menangis. Menangis dalam rangka takut dan berharap kepada Allah malah dianjurkan supaya kita bebas dari api neraka. Bersedih yang dilarang adalah kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukan kelemahan diri.
Bersedih Itu Manusiawi
Para Nabi bersedih. Bahkan Rasulullah saw pun bersedih saat ditinggal oleh orang-orang mencintai dan dicintai beliau. Namun, para Nabi tidak berlebihan dalam sedih. Para Nabi segera bangkit dan kembali berjuang tanpa larut dalam kesedihan.
Bersedih Tidak Diajarkan
Bersedih (selain takut karena Allah) tidak diajarkan dalam agama. Bahkan kita banyak menemukan ayat maupun hadist yang melarang kita untuk bersedih.
Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS.At-Taubah:40)
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139)
Rasulullah saw pun berdo’a untuk agar terhindar dari kesedihan,
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud)
Lalu, bagaimana supaya kita tidak bersedih?
Jika kita melihat ayat dan hadits yang disebutkan diatas, setidaknya kita sudah memiliki dua solusi agar kita tidak terus berada dalam kesedihan.
Pertama: dari ayat diatas (At Taubah:40) bahwa cara menghilangkan kesedihan ialah dengan menyadari, mengetahui, dan mengingat bahwa Allah bersama kita. Jika kita sadar bahwa Allah bersama kita, apa yang perlu kita takutkan? Apa yang membuat kita sedih. Allah Maha Kuasa, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Saat kesedihan terus menimpa kita, mungkin kita lupa atau hilang kesadaran, bahwa Allah bersama kita. Untuk itulah kita diperintahkan untuk terus mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d:28)
Dari ayat ini, kita sudah mengetahui cara menghilangkan kesedihan, kecemasan, dan ketakutan yaitu bidzikrillah, dengan berdzikir mengangat Allah.
Saat saya mengalami kesedihan, ketakutan, atau kecemasan, ada tiga kalimat yang sering saya gunakan untuk berdzikir.
  1. Istighfar, memohon ampun kepada Allah.
  2. La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)
  3. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung)
  4. Tentu saja, masih banyak kalimat-kalimat baik lainnya yang bisa Anda ucapkan
Alhamdulillah, kesedihan, kecemasan, dan ketakutan menjadi sirna setelah berdzikir dengan kalimat-kalimat diatas. Tentu saja, bukan saja dzikir di lisan tetapi harus sampai masuk ke hati.
Kedua: cara menghilangkan kesedihan ialah dengan berdo’a seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Nabi pun meminta pertolongan Allah, apa lagi kita, jauh lebih membutuhkan pertolongan Allah. Maka berdo’alah.
Tentu saja, masih banyak cara supaya kita tidak bersedih. Saya bisa menulis buku tebal jika mau membahas semuanya. Namun, dengan dua cara utama diatas kita akan mendapatkan mamfaat yang luar biasa. Bersedih masih mungkin kita alami, tetapi tidak lagi bersedih yang berlebihan dan berlarut-larut. Karena hidup dan perjuangan harus berjalan terus.
Janganlah kamu bersedih.

Sabar Itu Selalu Baik


sabarAda yang mengatakan bahwa sabar itu tidak selamanya baik. Mudah-mudahan yang dia maksud adalah “sabar” dalam definisi lain. Sabar yang tidak baik, bukanlah yang diambil dari kata shabar dari Al Quran dan hadits. Sebab, jika yang dimaksud itu sama dengan shabar seperti yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka itu salah besar. Jika sebuah sikap atau perilaku yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, maka itu pasti benar dan pasti baik.

Sabar Itu Perintah Allah

Silahkan buka Al Quran dan Hadits, banyak ayat dan hadits yang menyuruh kita untuk bersabar. Jadi tidak mungkin sabar itu tidak baik. Jadi, selalu baik dan ini ajaran dari Allah.

Allah Beserta Orang-orang Yang Sabar

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153)
Pastinya Allah senang bersama hamba-hamba-Nya yang melakukan kebenaran dan kebaikan. Jadi tidak mungkin jika “ada yang tidak baik”. Jika Anda mengatakan tidak selamanya baik, apakah jika Allah menyertai kita itu tidak baik?
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah suka dan memerintahkan kita untuk bersabar. Tentu saja tidak semuanya bisa ditampilkan disini karena saking banyaknya. Silahkan buka Al Quran dan Anda akan menemukannya dengan mudah. Bahkan, jika mau membuka kitab-kitab hadits, Anda akan menemukan lebih banyak lagi.

Allah Memberikan Balasan Kepada Orang Yang Sabar

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl:96)

Orang Yang Sabar Memiliki Kekuatan Lebih Besar

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal:65)

Para Nabi Adalah Mereka Yang Bersabar

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS Al Anbiyaa’:85)
Jelas sudah, kutipan-kutipan ayat diatas sudah menjelaskan kepada kita, bahwa sabar itu baik dan selalu baik. Ini merupakan bantahan bagi yang mengatakan tidak selalu baik atau ada batasnya. Saya penting mengatakan ini untuk mencegah kesalahan pengertian sehingga seolah ada ajaran Al Quran yang tidak membawa kebaikan. Saya hanya ingin menegaskan bahwa ajaran Al Quran itu benar dan selalu membawa kebaikan.

Dimulai Dengan Pemahaman Yang Benar

Salah satu penyebab mengapa orang mengatakan sesuatu yang salah tentang sabar itu karena pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah akibat kurang seriusnya dalam belajar. Tidak belajar pada sumbernya yang jelas dan valid, hanya mengikuti berbagai perkataan atau omongan sekilas yang bisa saja datang dari sekedar opini atau prasangka.
Dikiranya hanya diam. Dikiranya menyerah. Dikiranya hanya menunggu tanpa upaya. Memang, dalam kondisi tertentu, bisa dalam artian diam. Namun bukan sembarang diam, sebab tidak selamanya diam itu adalah kesabaran. Orang yang diam demi mempertahankan kebenaran, itulah yang disebut dengan kesabaran. Diam membiarkan kemunkaran itu bukan kesabaran. Menunda-nunda pekerjaan, bukanlah yang disebut kesabaran.
Bahkan saat seseorang marah, kemudian mengangkat pedang untuk menegakkan kebenaran, maka itu tidak akan menghilangkan sikap sabar pada diri orang tersebut. Siapa orang yang paling sabar? Tentu Rasulullah saw, tetapi beliau tetap berperang. Bahkan seringkali, dalam Al Quran, kata perjuangan, perang, dan jihad disandingkan dengan kata kesabaran.
Mulailah memahami apa definisinya dari sumber yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. Silakan Anda baca artikel lain yang menjelaskan tentang sabar dan definisinya, klik Perjuangan dan Kesabaran.

Ketenangan Hidup


ketenangan hidupIlmu fisika, biologi, falak, dan kimia telah menunjukan kepada kita bahwa dunia diciptakan dengan aturan-aturan dan ukuran-ukuran yang rapi. Tidak ada tempat bagi sesuatu yang terjadi secara kebetulan, semua berjalan mengikuti hukum-hukum yang telah Allah ciptakan di alam semesta ini.
“… dan, Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS Al Furqaan:2)
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al Qamar:49)
Dan, tentu saja Allah menciptakan semua ini bukan tanpa tujuan. Tidak mungkin tanpa tujuan. Pasti, akan selalu ada hikmah di balik semua penciptaan ini.Namun, keyakinan akan semua hikmah ini, bukan berarti kita akan mengetahuinya. Karena keterbatasan ilmu manusia, bisa saja hikmah-hikmah itu masih tersembunyi, tidak terungkap oleh pandangan manusia yang terbatas ini.
“… mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. ” (QS. An Nisaa’:19)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah:216)
Dan, saya yakin bahwa keterbatasan ini pun memberikan hikmah yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Tidak semuanya harus ada jawaban, yang perlu kita yakini adalah semuanya demi kebaikan kita. Dalilnya sudah jelas dan sudah kita hafal bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kadang kita berusaha keras, namun hasil seolah tidak kunjung datang. Saya kata seolah sebab itu hanyalah pandangan kita yang terbatas.  Strategi, taktik, dan rencana matang tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita. Bisa jadi, Allah telah menyiapkan yang lain yang pastinya akan lebih baik dari itu.
“… Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS Ath Thalaaq:1)
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (At Takwir:29)
Jika saya berikhtiar itu semata-mata karena memenuhi perintah Allah. Manusia hanya berusaha, sedangkan Allah yang menentukan akibat dan hasilnya. Dan saya merasa yakin bahwa akibat dan hasil yang dipilihkan Allah bagi saya adalah yang terbaik bagi saya.
Jika demikian, mengapa kita harus takut dan khawatir dalam menjalani hidup? Bukankah semuanya untuk kebaikan kita sendiri. Pahit mungkin terasa pahit yang kita alami. Kita tidak menyukai. Kita membencinya. Padahal boleh jadi itu yang terbaik bagi kita.
Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini. Yang sering mengeluh dengan pemberian-Mu. Yang sering lupa bahwa Engkau memberikan yang terbaik.
Mudah-mudahan, mulai detik ini saya merasa tentram terhadap rahmat Allah, keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan ilmu-Nya. Hidup yang lebih tenang karena “melihat” peran Allah dalam setiap peristiwa dan setiap urusan. Hidup yang tenang, karena hidup dalam lindungan dan pemeliharaan Allah.